Catalogue

Sunday, March 20, 2011

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 7 - TAMAT


Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

Baca dulu bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4, bagian 5 dan bagian 6 :)


Balada Tas Bagor Gila
 
Pagi-pagi kami sudah bangun dan bersiap. Kami mengepak semua barang, siap untuk pulang. Sebelumnya, kami sempatkan dulu foto-foto di rooftop buat kenang-kenangan hehehe.
Kami pergi dari hostel jam 08.00 tepat setelah berpamitan dengan penghuni hostel orang Bhutan yang bahasa Inggrisnya kacau balau sama sekali tidak bisa dimengerti hihihi. Kayaknya doi naksir Zata deh haha*mengarang indah. Hari kami diawali dengan masalah tas bagor gila. Kami berencana mengamankan tas gila tersebut. Kami memang membeli bagasi pesawat 15 kg. Tapi, tas bagor gila tanpa gembok dan bahannya terbuat dari plastik akan mudah sekali dirusak dan dibajak. Kami sungguh was-was dengan hal ini. Pernah kejadian, ada kerabat yang semua oleh-olehnya di dalam koper dari Sydney dibobol maling di bandara Adisucipto! Itu sudah digembok rapat-rapat lho. Apalagi tas bagor gila ini yang lugu tanpa pengaman apapun.
Sebelum sampai Levender Station, kami berusaha mencari tali atau rafia atau apapun untuk meringkas tas bagor tersebut. Saya berkeliling toko di kawasan Lavender  untuk tanya siapa yang jual tali. Hasilnya nol. Sudah gitu, saya was-was dikejar anjing kudisan yang banyak berkeliaran di kawasan ini, sampai saya melipir-melipir jalannya. Saking stresnya, saya sampai memungut tali di pinggir jalan, aduh tapi bener-bener tidak berguna deh.
Kami pun meluncur ke Changi masih dengan pikiran tas bagor gila di kepala kami. Akhirnya kami putuskan untuk memindah semua barang di tas bagor gila, yaitu semua barang-barang yang kami beli di SQ ke koper Zata. Isi di koper Zata? Kami  pindah ke tas bagor gila. Jadi, koper Zata masuk bagasi *biar nggak rugi beli bagasi Air Asia hehe. Sedangkan kami putuskan untuk membawa si tas bagor gila ke dalam kabin *udah nyusahin, ikut ke kabin pula! Agar tidak tampak besar, kami meringkasnya dengan tali koper Zata yang tidak terpakai. Semoga nggak ditanya sama petugas counter check-in, was-was.  Zata cuek aja tuh, saya juga apalagi. 


Urusan tas bagor gila ini sungguh menyita waktu. Akhirnya kami  mulai mengantri panjang check in  jam 09.00 lebih. Tiba di counter check in jam 10.00. Boarding jam 10.30. Oiya, tas bagor gila kami sembunyiin di belakang badan. Pas mbaknya tanya, ada lagi barangnya? kami jawab aja enggak, lalu kami ngacirrrr.
Fyi, kami  belum sarapan. Lapar sekaliiii.
Kami putuskan untuk nekat mencari makan dulu. Ada sih kios-kios makan, burger king, pizza hut, dkk. Tapi entah mengapa saya dan Zata pingiiiin banget makan ayam goreng krispi Mc Donalds. Kami sudah hampir ngiler membayangkannya. Waktu kami  tinggal setengah jam  untuk mencari Mc Donalds, makan, dan masuk gate. Cukup nggak yaaaa?
Moral: jangan pernah membawa tas tanpa pengaman ke luar negeri, apalagi tas bagor gilaaaaa. Sungguh nyusahin. Lebih baik bawa koper berpengaman kalau mau ditaruh bagasi ;).

Mengejar Mc Donalds
Kami  pingin sekali  makan ayam Mc Donalds. Kami turun, tanya ke information centre. Mbaknya menjawab, Mc D tidak ada di terminal 1. Adanya di terminal 2. Itu artinya, kami harus naik skytrain paling cepat 2 menit, sampai di terminal 2, mencari Mc D, makan, naik skytrain lagi kembali ke terminal 1, masuk gate, berangkat.
Saya dan Zata saling berpandangan seperti biasa. Sejurus setelah itu, kami segera berlari menuju pintu masuk skytrain. Sungguhan, kami benar-benar berlari. Di perjalanan, saya bilang sama Zata. “ Zat, kalau Mc D ternyata nggak ada ayamnya?” Saya bilang gitu bukan tanpa dasar. Setau saya, tidak semua Mc D di dunia ini ada menu ayamnya. Waktu saya di bandara Sydney, Mc D nya tidak menjual ayam, adanya roti dan burger, bacon malah ada hehehe. Tapi, dasar kami memang nekad, kami tetap melanjutkan perjalanan.
Sampai kami di terminal 2. Bertanya pada petugas. Yap, memang ada Mc D di terminal 2. Letaknya di lantai bawah paling ujung, paling jauh dari pintu skytrain. Kami berlarian sambil membawa troli untuk tempat tas bagor gila. Sumpah itu jauh banget :( Akhirnya kami menemukan Mc D!!!!!!Jangan senang dulu saudara-saudaraaaa. Tepat 100% dugaan saya, Tidak ada gambar ayam goreng crispy di neon box menu!!!!! Rasanya lemas sekali.  Saya dan Zata akhirnya tidak jadi memesan hahaha.
Kami berlari lagi ke ujung terminal 2 dimana pintu skytrain berada. Sudah jam 10.30, itu artinya, penumpang sudah harus memasuki pesawat. Gawat daruraaaaaat!!!!! Tapi kami lapaaar. Akhirnya kami mampir di BURGER KING! Ya, burger king yang sebenarnya juga ada di terminal 1. Keringat bercucuran, napas tersengal-sengal. Kelaparan dan takut ditinggal pesawaaaaat. Kami mencoba tenang, kantong burger king sudah di tangan. Kami pesan chicken apa namanya lupa dan kentang goreng. Dan, yang kami dapat adalah 4 potong nugget kecil plus kentang goreng untuk masing-masing. Kami melanjutkan perjalanan ke terminal 1 sambil makan di skytrain. Gemetaran.
Sampai di terminal 1, kami berlari lagi. Masuk ke pintu keberangkatan, check bawaan lewat x ray. Berlari lagi. Taukah apa yang saya lihat di lorong menuju gate? Poster besar ayam goreng crispy Texas Cihcken!!!! Saya teriak-teriak sambil menunjuk letak texas chicken ke Zata. Kami sudah hampir pingsan, saking capek dan nyeselnya. Zata marah-marah, saya juga mengomel tak karuan sambil masih berlari, mendorong troli. Gate 37 tidak kunjung tampak! Sumpah jauh banget! Bener kata Yuyun, harus maraton untuk sampai ke gate, “Jangan sampe telat, karena gate nya jauh banget,” Pesan Yuyun serius. *Sayang sekali Yuuun, kami tidak menepati petuah pentingmuuu hahaha.

Eskalator demi eskalator datar kami lewati sambil berlari. Eh btw, seru juga sensasinya seperti melayang hahaha, nggak penting. Setelah beberapa kali eskalator datar, sampai juga kami di gate 37 yang sudah kosong melompong. Petugas Air asia berteriak pada kami, Jogja Jogja!! Saya sambil lari, sambil dorong troli menjawab,” Yes yes yes yes yes!” Takut banget ditinggal hahaha. Petugas x ray berkomentar, ”Asyik shopping kah?” Kami hanya tersenyum kecut masih ngos-ngosan. Terburu-buru kami masuk pesawat sebagai penumpang terakhir. Duduk di kursi kami. Ngemil nugget sisa tadi. Berdoa. Kembali ke Jogja. Saya tidur di perjalanan. Saya dan Zata bersumpah akan makan Mc Donalds  begitu sampai di tanah air!!

Liburan SQ sudah berakhir ;), semoga bisa berjumpa kembali di liburan D&Z selanjutnya di tempat dan waktu berbeda yaaaa ;)
--= TAMAT =-- 
Dila with love :*

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 6

Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

Baca dulu bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4 dan bagian 5 :)

Bolak Balik Bolak Balik

Terburu-buru dari kawasan Raffles Station, kami menuju ke BUGIS Street lagiiii. Sampai di Bugis street kami disambut dengan bejubel manusia yang berdesak-desakan ingin mengelilingi Bugis Street juga. Haduuh, sudah kaki pegel banget, penuh sesak pula. Namun, perjuangan tidak boleh berakhir di sini saja. Kami tetap nekad bergabung dengan lautan manusia tersebut demi membeli oleh-oleh untuk kalian semua ;) 

Kami susuri lantai satu dan lantai dua dengan seksama. Sepatu, sandal, tas, baju-baju, semua bikin ngiler berat. Akhirnya kami menemukan beberapa barang yang layak kami bawa pulang, yaitu baju-baju lucu ;) Saya juga sempat membeli oleh-oleh. Di sini banyak ditemukan kaos-kaos bertuliskan Singapore atau Bugis Street, lumayan untuk oleh-oleh. Harganya murah SGD 10 dapat 3 biji hihihi. Setelah mondar-mandir sana sini, badan kami benar-benar pegal semua, terutama telapak kaki yang rasanya sudah mati rasa. Perut juga mulai keroncongan. Akhirnya kami putuskan untuk hengkang dari Bugis Street dengan hasil belanjaan satu tas bagor besar yang kami bawa dari rumah *btw, tas  ini yang nanti akan sangat merepotkan kami nantinya huhuhu.
Karena cacing di perut sudah menari India, kami putuskan untuk makan di Burger King tepat di depan Bugis Street. Kami hanya memesan kentang dan spicy chicken yang gosong semua dan tidak enak, sebel deh kalau ingat. Tapi karena sudah lapar banget dan malas cari tempat, mau bagaimana lagi. Dengan sigap kami lahap ayam warna hitam tersebut. Total berdua SGD 8.
Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Jangan lupa kami belum jadi foto-foto di Merlion Park, hahahaha. Waktu bagaikan terbang tak terasa cepat berlaluuuuu.
Seperti biasa, kami buru-buru lagi menuju stasiun Bugis dan meluncur ke Raffles station, lagi. Jangan kira keluar masuk stasiun itu enak ya, jalannya itu loooo, benar-benar bikin sehat wal afiat! Karena berada di bawah tanah, otomatis kita harus naik turun eskalator, memutar mencari pintu masuk, dan kalau tidak pakai tiket terusan harus beli tiket dulu, jarak dari luar stasiun sampai masuk ke kereta lumayan juga, lumayan bikin kesemutan kaki. Malam itu, energi kami  makin menipis, ditambah lagi tas bagor gila yang berat itu. Kami bergantian menyeret tas tersebut kemana-mana. Sudah berasa bawa koper pakai roda kali ya. Suara seretannya pun cukup khas dan mengganggu hehe. Bodo amat deh mau sobek atau rusak *akhirnya memang sobek nanti hihihi. Kami juga dengan pedenya, duduk selonjor di eskalator yang panjang atau tinggi ya, waktu tempuh eskalator lumayan untuk istirahat hehe. Diliatin orang? Kami tidak peduli, sudah capek beraaaaaat hehe.





 
Singkat cerita kami turun di Raffles station, lagiiii..

Patung Merlion Tersambar Petir
Sampailah kami di stasiun Raffles. Jalan kaki menuju Merlion Park lagi-lagi cukup lumayan. Kami harus menyusuri gedung perkantoran dan menyeberang melewati hotel mewah. Ya, kami lewat dalam hotel untuk tembus ke area yang terkenal itu. Eskalator demi eskalator kami naiki. Lorong-demi lorong kami susuri. Semangat kami kembali naik di sini. Lumayan sepi karena sudah agak malam, jam 10. Kami bercanda ria dan tak lupa berfoto. Di lorong hotel ini, dikelilingi kaca. Untung banget, jadi kami bisa foto berdua dengan bantuan kaca. Eh taunya ada sepasang bule separuh baya mendatangi kami nawarin bantuan. Senangnyaaaa. Sayangnya, si bule selalu blurr saat memfoto kami. Hingga 3 jepretan dan doi menyerah, istrinya juga kayaknya sudah pasrah hehe. Kami juga nggak enak, setelah kami mengucap thank you so much, mereka berlalu meninggalkan kami ;)


Lanjuuut, begitu keluar dari hotel, kami akhirnya menemukan Merlion Park. OMG, di malam hari memang indah sekaliii. Tempatnya mirip Darling Harbour Sydney. Pelabuhan dikelilingi kafe-kafe gaul di sekelilingnya. Di tengah-tengah ada hotel kapal yang terkenal ituuu. Lampu-lampu berkilauan di sana-sini. Saya dan Zata langsung tancap gas berfoto-foto riaaaa. Kami agak lupa dengan capek tidak karuan kami seharian ini. Kami segera menuju ke patung Merlion yang terkenal itu.
Sayang oh sayang, si patung Merlion besar sedang dalam renovasi dan ditutup. Doi habis tersambar petiiiiiir. Bisa-bisanya yaaa? Yah, kali ini kami memang kurang beruntung. Sebagai hiburan, tersedia patung merlion mini yang jadi rebutan untuk foto bareng ;). Saya dan Zata pun ikut-ikutan rebutan foto bareng si merlion kecil.



Kami lalu jalan lagi ke bagian atas. Tempatnya seperti jembatan dan tersedia tempat duduk di sepanjang jalan. Kami akhirnya duduk-duduk di sini sambil istirahat, berfoto, minum, istirahat lagi, foto lagi, minum lagi, dst hingga jam 11 malam lebih.
Setelah bosan, kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Kali ini kami mengambil jalan lain. Kami menyeberang jalan raya. Kami juga dengan pedenya menyusuri restoran hotel yang tadi kami masuki sebagai jalan tembus. Restoran ini berada di pinggir sungai dengan dua jembatan berkilauan lampu. Saya dan Zata agak ragu ini adalah jalan umum, tapi kami  cuek aja melewati bule-bule yang sedang makan romantis. Suara tas seret kami masih mengiringi kami di tengah alunan musik jazz yang tenang di restoran tersebut, hehehe. Sepanjang jalan, kami masih sempat berfoto dan berfotooo lagi hingga akhirnya kami sampai di stasiun Raffles dan kembali ke Lavender.



Fiuuuuh, sampai hostel, kami sudah lapar lagiii. Akhirnya kami memasak, eh lebih tepatnya menyeduh popmie yang Zata bawa dari rumah, hihihi. Setelah mandi air hangat, kami masih punya agenda. Ini sangat penting, yaitu memasang salonpas pada kaki kami masing-masiiiiing, hehehehe. Saya tidak lebay ya, bener-bener cenat cenut nya ngalahin yang dialamin SM*SH! Untung Zata si cerdas nan brilian membawa amunisi salonpas dari tanah air. Akhirnya kami bisa tidur nyenyak. Serasa memijat sendirii, hihihi.
Yaaah, petualangan SQ hampir berakhir. Besok pagi masih ada cerita seru dan kenekatan kami di bandara Changi, tunggu yaa ;)
... bersambung ke sini.

Dila with love :*

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 5


Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

Baca dulu bagian 1, bagian 2, bagian 3, dan bagian 4 :)
 
Oh, Orchard!
Dari Bugis Station kami meluncur menuju Orchard Road. Kami turun di Somerset Station. Stasiun ini berada di bawah Mal Somerset, tempat merk-merk asyik bernaung, seperti ZARA, Cotton On, Esprit, dan kawan-kawannya. Kami melihat-lihat sebentar, karena takut frustasi kalau lama-lama jadi kepengen dan nggak bisa beli hehehe.
Keluar dari Somerset Mal, seperti biasa, kami foto-fotooooo, dimana saja. Di jalan, di bawah plang jalan Orchard, di depan mal, di zebra cross, di telepon umum, dimana-mana sebisanya hihihi. 




Di sini, Zata girang banget lo nemu telepon umum. Doi berinisiatif menelepon Hanis dari telepon umum tersebut. Wah cerdas juga si Zata itu. Tapi, sebenarnya saya pesimis, kan kalau di INA telepon pinggir jalan gitu nasibnya sudah wassalam. Kalau lagi untung, digebuk-gebuk dikit keluar koinnya hehehe *Saya sering melakukan ini pada telepon umum depan SMP 1 Jogja, SMP saya waktu itu hihihi. Dugaan saya salah donk. Si Zata sukses berat telepon HP nya Hanis dengan koin 1 dollar. Kata Zata, ”Ih murah-murah, telepon lagi telepon lagi.”

Setelah telepon Hanis, diputuskan bahwa kami tidak jadi bertemu Hanis di Orchard, karena doi ada acara. Yah, saya kecewa deh belum sempat bertemu dengan dia. Tapi perjalanan pengembaraan Maret harus diteruskan dengan khidmat ;). Capek berjalan-jalan di Orchard road yang kiri kanan mal semua, kami memutuskan untuk lanjut ke sebuah taman yang entah apa namanya tapi Zata pengen banget ke sana lagi *kemarin doi kesana bareng Yuyun dan Hanis. Kata dia, ”Itu lapangan rumput yang diapit gedung-gedung tinggi Doooool, bagus banget iyup (teduh) tapi aku lupa dimanaaaa.”
Berulang kali kami membolak-balik peta mencari taman misterius tersebut. Fyi, peta yang saya dapat di Changi itu kan lebar banget, karena susah untuk dibuka-buka, akhirnya saya robek-robek jadi bagian petanya doank, cukup membantu lho. Konsekuensinya, iklan-iklan di situ hilang semua hehe. Kami juga mencoba menyusuri jalan di balik Orchard road, kali-kali aja nemu. Sayangnya hasilnya nol.
Akhirnya kami putuskan untuk lanjut ke Merlion Park. Dari Somerset Station kami menuju Raffles station, stasiun terdekat Merlion Park. Begitu keluar dari stasiun, Zata tiba-tiba kembali kegirangan. “Dooooool, ini tamannyaaaaa!!!!” Ternyata, taman yang kami cari ada di depan stasiun Raffles dan tadi Zata mencarinya di Orchard, dasar edan. Okei, kami berfoto lagi dan lagi dan lagiiii. Lapangan rumput di tengah-tengah gedung perkantoran di SQ. Duuh, kapan ya kantor saya pindah kemari? hihihihi. Kami  leyeh-leyeh dan dlosor-dlosor foto di rumput seperti kambing. Untung nggak ada tulisan “DILARANG MENGINJAK RUMPUT”. Jujur saja, saya sering heran deh sama tulisan itu, bukannya rumput memang untuk alas ya? Apa pajangan aja sih? Nggak tau juga deh. Padahal kan enak untuk duduk-duduk dan bersantai ;).


  
Puas berfoto, senja mulai berganti malam. Badan sudah lelah, kaki sudah makin cenat-cenut. Sampailah kami di depan sebuah hotel yang merupakan jalan tembus menuju Merlion Park. Sebelahnya terlihat kapal-kapal pesiar di Marina Bay. Zata belagak seperti guide menjelaskan ini itu ;). Tiba-tiba kami punya rencana lain yang sungguh mendadak dan mendesak.
Waktu kami ke Bugis Street, kami memang belum membeli banyak. Kami berencana kembali lagi ke Bugis setelah bertanya kapan jam tutupnya. Jam tutupnya adalah jam 10 malam. Dan waktu kami berdiri di depan hotel dekat Merlion Park adalah jam 7 malam. Itu artinya kami  hanya punya waktu 3 jam untuk kembali ke Bugis-berbelanja-dan kembali ke Merlion Park . Merlion Park tidak punya jam tutup, jadi kami  pikir akan lebih enak kalau ke Merlion Park nya agak lama sambil menghabiskan malam. Itu jika kami memutuskan kembali ke Bugis. Kami berpikir, Bugis Street besok pagi tidak mungkin buka jam 6 pagi. Kami pun pasti terburu-buru jika pun memang buka, karena pesawat kami jam 11 pagi. Harus cek in jam 9 pagi dan bla-bla-bla.
Saya dan Zata berpikir lagi. Saling berpandangan. Aaaah kebanyakan pikar pikir! Yeah, betul sekali. Kami akan kembali ke sana! Ke BUGIS!
... bersambung ke sini.
Dila with love :*

Saturday, March 19, 2011

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 4


Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

Bugis dan Haji Lane: Serangan Kaki Dimulai!

Dari Chinatown, kami Meluncur dengan mulus menuju Bugis. Ganti jalur  dulu di Outram Park. Sayangnya MRT sedang penuh terus. Terpaksa kami harus berdiri enjot-enjotan di kabin. Untuk mengusir pegal di kaki, kadang kami bercanda-canda dan berfoto-foto ria di MRT hehehe.

 Zata di MRT

Sampailah kami di Bugis! Di sini surga barang-barang lucu dan murah. Mulai dari sepatu, baju, tas, jam, rok, oleh-oleh. Penuh sesak seperti Tanah Abang, kami menyusur Bugis Street dengan gegap gempita. Di sini barulah kami keluarkan dollar yang sedari tadi diborgol di brankas dompet kami :). Kamu akan kebagian oleh-oleh juga di bagian ini. Tunggu nanti di Dila&Zata Shop ya ;)

Menariknya, shopkeeper di sini modis-modis abuiiis! Mereka kebanyakan dari etnis China. Dandan lengkap dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka juga ramah-ramah dan bisa berbahasa Indonesia hehe. Nggak di Singapore, nggak di Arab, nggak di Sydney, banyak pedagang bisa bahasa indonesia. Bahasa kita yang universal atau kita yang memang terkenal gila belanja ya? :p.  Mereka akan menyapa, "Halo? Indonesia, apa kabar? Bagus!" sambil pamer dagangannya :D. Sila untuk yang terjebak rayuan, belanjalah banyak-banyak tapi kalau nggak mau kena pajak jangan lebih dari USD 250 (sekitar SGD 317) per orang ya.

Pertokoan Bugis Street terdiri dari dua lantai. Tempatnya serupa pasar Beringharjo Jogja hehehe. Bedanya, di lantai dua,kios-kiosnya lebih menarik. Mereka menata kios mereka dengan cantik dan unik, walaupun ya banyak juga yang biasa saja. Harganya pun terjangkau mulai dari SGD 10 hingga 30an ke atas.

Dari Bugis Street cukup berjalan kaki sampai daerah Haji Lane. Pas banget untuk sekalian sholat dan istirahat di Masjid Sultan kawasan Haji Lane. Disinilah kaki saya dan Zata mulai tidak beres. Rasanya puegel abissss. Namun,perjalanan masih panjang teman-teman semuanya. Kami masih punya waktu sampai tengah malam nanti hehehe. Dengan beberapa teguk air dan pks (pijat kaki sendiri), kami siap melanjutkan perjalanan!!


Kalap Pashmina

Di depan Masjid Sultan, ada daerah pertokoan yang berjudul Kampong Glam. Pashmina, batik, tas, sepatu aladin, dan kafe-kafe berjajar di sini mengapit pohon-pohon palm di pinggir jalan :). Saya dan Zata langsung kalap memborong pashmina di sebuah Toko Arab. Bahannya lembuuut banget, campuran wool dan khasmir, duh bikin kalaaaap. Oiya, nanti kamu bakal kebagian pashmina-pashmina cantiknya di Dila&Zata Shop ya, hihihihi.


Selesai dengan pashmina, kami jalan-jalan lagi dan foto-foto lagi di depan kafe,di pinggir jalan, di mana-manaaaa. Sambil jalan, sampailah kami di sebuah gang di belakang Arab Street. Taraaaa, gang tsb berisikan butik-butik unik. Mulai dari desain kiosnya hingga barang-barangnya. Bahkan ada butik yg tanpa penjaga, kita bisa bebas melihat-lihat, ssst jangan ambil apa-apa tanpa bayar yaa hihihi karena tetap diawasi lewat kamera :).

Di gang ini, saya beruntung ada mas-mas Arabian yang mau fotoin kami berdua. Rada melas juga jalan berdua doank susah foto berdua :( Si mas bilang, ”You are beautiful” entah ke Zata entah ke saya, moga-moga dua-duanya hihi ngarep dot coooom. Terus, doi tanya, ”Where do yo come from?” Kami jawab, ”Indonesia”. Doi langsung tertawa lebar, ”That’s why!!!” katanya genit. Hellooow, oke deh mas Arab, kami wanita Indonesia memang cantik-cantik amiiin;)

Akhirnya bisa foto berdua ;)

Setelah gang butik unik, kami masih lanjut lagi, jangan lupa, tetap jalan kaki mania *Ya Alloh moga-moga saya langsung kurus ;) Kami menuju ke Bugis Station lagi untuk lanjut ke Orchard Road. Kami janjian dengan Nur Hanis di sana. Fyi, Nur Hanis adalah teman baru kami via Lookbook ;) Zata sempat bertemu dengannya di hari sebelumnya. Kami mau janjian ketemuan lagi.

Okei, see you at Orchard! ;D

... bersambung ke sini.

Dila with <3

Sunday, March 13, 2011

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 3


Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

Baca dulu cerita Dila bagian 1 di sini, dan bagian 2 di sini.

Show Time: Chinatown!

 Di stasiun MRT Chinatown

Dari Little India, kami lanjut ke Chinatown. Hmm, sebenarnya rute ini kurang efisien. Berhubung kami sudah sangat kelaparan, jadi dari hostel kami putuskan untuk ingin segera makan di Little India. Aturan kalau ingin urut: Lavender (hostel)- Bugis- Haji Lane - Merlion Park - Orchard - Chinatown - Little India. Tapi tak perlu khawatir, dengan tiket terusan semua terasa menjadi mudah dan murah. Mau bolak balik rute seribu kali juga tetep SGD 8 sehari hihihi.

Begitu sadar kami tidak efisien dalam rute, dan akan memakan banyak dollar utk MRT, akhirnya kami membeli Singapore Tourist Pass alias tiket MRT, bus dan LRT terusan, di Chinatown. Sehari cukup SGD 8 dengan deposit uang jaminan SGD 10 (nanti dikembalikan saat kamu mengembalikan kartu). Aturan langsung beli aja di Changi Airport begitu mendarat. Silakan klik ini untuk tahu detail tentang Singapore Tourist Pass :)

Yap! Dengan kecepatan super kami sampai di Chinatown :) Ada gapura bernuansa Tionghoa besar sekali di tengah jalan protokol. Pinggir-pinggirnya dipenuhi bunga sakura buatan dari lampu-lampu kecil warna pink. Kalau malam pasti cantik banget. Saya sempat bilang ke zata, "Zat tuh banyak bunga sakura." Zata jawab, "Itu beneran Dol?" Terbukti kan betapa miripnya sakura buatan dengan aslinya? Atau zata aja yang terlalu kagum? Hihihi

 Di depan Gapura

Di Chinatown, begitu keluar station, langsung disambut oleh pasar. Barang-barangnya ya barang-barang China hehehe. Banyak pernah-pernik dan oleh-oleh yang dijajakan di sini. Mulai dari kaos, baju, gantungan kunci, dll. Di sini juga banyak kafe-kafe yang berbau-bau Chinese maupun bule (maksudnya steak-steak gitu). Bule-bule minum-minum beer dengan ceria di sini.  

Hal menarik yang kami temukan di sini bukanlah membeli oleh-oleh atau baju-baju China (barangnya biasa-biasa aja, bener deh), melainkan air minum murah!! Hahaha. Zata girang banget nemuin sebuah warung dengan kulkas besar dipajang di depan bertuliskan 70cent each! Dan di dalam kulkas itu berisikan harta karun berupa beragam minuman dingiiiiiin! Jujur saja kami sulit menemukan tap-water di jalan-jalan. Sumpah kami cuma ketemu sama tap-water di Changi doank! Dehidrasi bukan kepalang kan jalan-jalan di tengah panasnya bumi Merlion. Hehehe.
"Dol ini beneran 70cent doank? Murah bangeeeet, biasanya 1 dollar lebiiiiih bahkan 2!!" Zata mulai kalap karena kehausan. Akhirnya doi membeli pulpy orange minute maid 600ml dengan masih berkomentar,"Ini murah banget doool, beneran nggak sih? Di INA aja minute maid lebih mahal botolnya kecil." mata zata berbinar-binar. Oke, oke, Zata sayangku, selamat minum air surgawimu sepuasnya :)

Setelah girang habis dapat air minum, kami foto-foto sebentar. Kami kembali ke bawah tanah demi meraih MRT menuju Bugiiiiiis.


Zata bergaya di Chinatown
Ps: kaki saya dan zata masih lumayan fit ya ini, fyi. Hehehe.

... bersambung

Dila with love :*

ps: baca juga cerita Zata di sini.

Thursday, March 10, 2011

Jalan Jalan Singapore. Cerita Zata: Bagian 1

Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.  
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)

My First Time Going Abroad

Sradak sruduk sradak sruduk..begitulah gambaran persiapanku berlibur ke singapore. Hmmmm...maklumlah ini kali pertama aku ke luar negeri, seorang diri pula.

Aku baru memulai packing pada H-1 berangkat ke SQ. Sebelumnya aku hanya mempersiapkan apa-apa saja yang akan aku bawa (beli ini itu). H-1 aku pamit ke nenekku, takut-takut kalo dicariin, hehehe. Sekalian bilang minta maaf kalo nanti gak bisa kasih oleh-oleh apapun karena aku hanya membawa uang saku sebesar 400 ribu Rupiah yang sudah kutukar dengan dolar SQ. Dueeeerrrr... Nenekku cuma ketawa ngakak... Its ok, nenek n' sodara-sodaraku semua memakluminya.. Secara aku bukan anak orang kaya... Hihihihihiihihi...

Malam menjelang.. Waktuku bersiap untuk packing semua barang.
Aku sudah mempersiapkan semua barang yg akan aku bawa dan sebuah koper kecil. .....Tik tok tik tok... Ritual packing-pun dimulai.. Tik tok tik tok...

Muka yg tadinya semangat mulai berubah masam karena ternyata barang bawaanku melebihi aturan tertulis di Air Asia instruction yakni 7kg untuk kabin. Fiuuuuhhhh....panik dan gemes jadi satu... Setelah diskusi panjang dengan Dila, aku mulai panas, dan koperpun aku lempar...ahahaha. 

Sambil kesal aku berfikir dan BBM-an dengan pacar dan temanku yg sudah sering ke luar negeri. Pacarku bilang: "Sudahlah, yang penting kopermu kecil dan muat di kabin". Karena aku udik belum pernah ke luar negeri, himbauan pacar masih membuatku ragu dan kesal karena kelebihan muatan tadi. Akhirnya aku hubungi temanku, mbak Amha namanya. Dia bilang pernah membawa beban hingga 30kg ke dalam kabin tapi dia cuek aja...hahaha. Cerita ini bikin aku semangat. Akhirnya aku lanjutkan packing dengan koper kecilku, dan aku tak jadi mengurangi muatanku. Packing selesai dan akupun melanjutkan malam dengan tidur yg tak tenang menanti esok tiba.


Lovely Surprise at Adi Sucipto...
 

Excited luar biasa pagi itu rasanya, sampai-sampai ayah ibu dan adikku aku wajibkan untuk mengantarku...hehehe.
Aku sungguh nervous karena aku seorang diri berangkat menuju SQ (Dila menyusul di hari kedua karena Jumat tidak bisa dapat cuti).


 Aku di bandara Adi Sucipto
 
Sampai di bandara aku dikejutkan oleh kedatangan sahabatku, Yuyun yang ngakunya hanya mau mengantarku ke bandara. Ternyataaaaa, dia datang dengan sudah membawa tiket dan paspor di tangannya. Astaghfirullah... Aku masih bingung banget waktu itu. Lalu Yuyun bilang: "Ayo kita check-in bareng!" 
Kalimat itu yg akhirnya membuatku makin yakin kalo aku tak jadi seorang diri ke SQ. Lalu dia teriak, "Surpriseeeee!!!!" 
Yeeeeeee...gak bisa tergambarkan perasaanku saat itu luar biasa senangnya. Akhirnya aku pergi ke SQ not alone dan yang membuatku luar biasa senang karena aku ditemani sahabatku sendiri- Yuyun Widanarti. 
Kami pun bergegas check-in di dalam..ups tunggu...sebelumnya cupika cupiki dulu sama ibu dan ayah....(Woahahahahahha sok manis)...langsung check in... Setelah beberapa menit menunggu di boarding room, gate pun dibuka dan kami berdua bergegas menuju pesawat. Masukan koper dalam kabin dan hfffhhhhh...duduk di kursi pesawat. Aku duduk bertiga dengan Yuyun dan Ibu Tati (baru kenalan di dalam pesawat, hehehe.

Di dalam pesawat Air Asia
Take off position........!!!! Waaaaa mulai terbang ini pesawat.... Hmmmmm... Perjalanan memakan waktu 2 jam. Aku dan Yuyun ngobrol panjang sampai akhirnya kami berdua tertidur karena bosan...hehehe...
Dua jam sudah berlalu, Airport Changi membentang di depan mata (saking gedenya jadi pake istilah membentang)... 

bersambung...

Zata with <3 

ps: baca juga cerita Dila di sini dan di sini :) 

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 2

Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker. Pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT. Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)


Sst, baca dulu bagian 1 di sini.

Hostel Amigos

Jadi ingat telenovela termasyur zaman saya SD, Amigos! Yap, itu nama hostel yang kami inapi. Karena hotel dengan s, tentunya low budget. Kami cukup membayar 18 SGD untuk semalamnya, sudah dapat sarapan gratis pula :)

Hotel ini cukup bersih. Sekamar ada 8 bed cewek semua. Begitu sampai, Zata langsung mengenalkan saya pada teman-teman barunya, mereka berasal dari Vietnam, Philipine, dan Perancis. Kamar hostel ini pakai AC lho, nyaman. Bed-nya model bunk bed bertingkat, seru juga seperti tentara hehe. Asyiknya saya dapat yang di atas, untung gak jebol menimpa bawah saya :p. Hostel ini juga menyediakan free internet connection, pakai pc atau pun wi-fi. Dapur, laundry, dan kamar mandi juga tersedia dan bersiiiiih. Ada ruang santai juga di rooftop, kami sempat foto-foto juga disana :) 

 Kamar bunk bed kami, sharing 8 orang

 Dapur dan Laundry. Bersih!

 Rooftop!

Lokasi hostel ini dekat dengan stasiun MRT lavender. Tapi, untuk cari makan agak susah memang. Hostel ini berada di pinggiran pusat kota yang tidak begitu ramai. Enaknya, lokasi ini hanya berjarak satu stasiun ke kawasan Bugis, yeey, one of my fav place ^_^ (sabar baca cerita saya berikutnya yaaa ;)

Setelah sedikit mencicipi Amigos, saya dan Zata segera bersiap! We have many things to do in SQ!!! :)

Show time: Little India!

Tentu saja kami ingin jalan-jalan sambil bergaya. Maka dari niatan tersebut, Zata membawa perlengkapan perang D&Z, mulai dari alas bedak Ultima hingga eyeshadow Wardah. Dari kuas berbagai macam ukuran sampai bulu mata hihihi. Sayangnya, kami tidak menemukan gunting untuk memotong bulu mata palsu biar nggak lebai. Gagal deh punya bulu mata lentik dan lebat, hihihi, centhil banget :p. Cukup memakai maskara dan penjepit bulu mata, merapikan alis, membubuhkan blush on, eyeshadow favorit, eyeliner ajaib, lipstik kesukaan masing-masing, dan tentu yang paling utama, our hijab! Yeah, we r ready to explore SQ :D!

 Zata dandan

Hari pertama saya (hari kedua Zata), kami putuskan untuk memakai floral maxi dress Supre, new collection D&Z :). Itung-itung reyen baju baru sambil promosi :p Dengan Garden Pink Maxi dan Fun Palm Maxi, kami berdua melenggang kaki menuju stasiun Lavender. Kali ini Zata yang jadi tour guide saya, kan doi yang duluan menjamah SQ walupun hanya sehari sebelumnya hihihi.

O, iya,penting dicatat, usahakan memakai sepatu yang nyaman agar tidak tersiksa selama perjalanan. Zata, si ratu high heels  di hari pertamanya memakai high heels 12cm untuk jalan seharian setelah akhirnya menyerah dan membeli flat shoes cantik di Bugis Junction :) (untuk gambaran saja sih kalau mau jalan-jalan seharian hehe). Boleh saja  bawa highheels untuk foto-foto doang. Karena ribet gonta ganti dan takut kaki remuk redam, saya memilih memakai flat shoes kesayangan saya, Connexion :). 
*itu saja kaki rasanya sudah mati rasa, tunggu di cerita selanjutnya :p

Pukul 1 siang, kami berangkat menuju Little India! Niatnya sekalian makan siang. Dari Lavender menuju Little India, perlu transfer MRT alias ganti jalur dulu di Outram Park. Tidak perlu takut nyasar, peta dan sign di SQ sangat jelas dan membantu. Kalau masih bingung, silakan tanya petugas di loket. Takut tidak bisa bahasa inggris? Petugas bisa berbahasa indonesia melayu :) Rasanya seperti di kampung halaman sendiri hehehe.

Sampai di Llittle India, kami sebatas jalan-jalan, foto-foto sebentar, dan makan di foodcourt terdekat. Kami makan nasi biryani SGD 4 dengan ayam sangat besar. Kami juga jajan cakwe dan gorengan. 

 Di Little India

Di Little India, banyak berseliweran orang-orang India (ya iyalah :p). Kamu akan merasa berada di India (mulai sotoy, kaya pernah ke India aja hehehe) .Bau dupanya, kain sari-nya, gelang-gelangnya, dan tentu saja musiknya! Yap, musik India diputar keras-keras hingga terdengar di jalanan. Siap-siap saja joged, siapa tau direkrut main film bareng Shahrukh Khan hehe.

Dari Little India, kami lanjutkan perjalanan ke China Town!! Dari India, mari kita pindah ke Chinaaaa :D!

... bersambung ke sini.

Dila with <3
 
ps: Baca juga cerita Zata di sini.

Jalan Jalan Singapore. Cerita Dila: Bagian 1

Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker. Pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT. Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :)


Duren Sawit - Cengkareng - Changi

Bandara Soekarno Hatta terletak di Cengkareng, Banten, barat laut Jakarta. Lokasi tersebut sungguh jauh di mata dari kawasan kos saya di Duren Sawit, Jakarta Timur.Hal ini membuat saya harus berpikir menyiasati jarak jauh menuju bandara yang terkenal itu. Bakalan membelah jakarta di pagi buta kalau strategi kurang matang, hihihi.

Ada dua opsi. Pertama, naik taxi ke terminal Rawamangun dan lanjut bus Damri bandara yg paling pagi, yaitu setengah 4 pagi. Tarif naik bus Damri 20ribu. Waktu tempuh di pagi buta cukup satu jam saja kalau lancar. Tapi,saya keder juga harus keluar kos jam 3 pagi di daerah yang baru saya huni selama dua bulan ini. Opsi kedua yaitu naik taxi langsung menuju Cengkareng,yang mana pasti akan membuat kantong saya menjadi setipis tissu basah mitu, hihihi. Setelah melewati berbagai pertimbangan, saya akhirnya memutuskan untuk menggunakan jasa taxi. Tentu saja bukan dari Duren Sawit, melainkan dari daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kebetulan ada kerabat yang tinggal disana dan berbaik hati memberi tumpangan barang semalam :) Mereka adalah keluarga Pak Tarso :)

Saya memulai perjalanan saya dari jalan Ngurah Rai naik metromini 506 menuju kampung melayu, dan melanjutkannya dg bus Trans Jakarta ke halte pos Pengumben. TJ yang saya tumpangi harus melewati dua kali transit yaitu di halte Senen dan Harmoni. Apesnya, malam itu bus sungguh penuh sesak. Alamak, saya berdiri selama dua jam di tengah macetnya ibukota. Sudah kayak upacara bendera di senin pagi. Kaki saya rasanya sudah encok dan jejeritan, hihihi.

Sampai Kebon Jeruk jam 10 malam, saya baru tidur jam 12 setelah ini dan itu termasuk اَلْحَمْدُلِلّهِ, sekalian jualan hihihi. Kerabat saya, Mutiara Febria, ngelarisin inner dan hijab band, tengkyu sista :) Setelah transaksi dan ngobrol sana sini, saya akhirnya tidur. Siap tempur untuk the real journey to Singapore :) Flight saya Air Asia pukul 7.20 WIB.


Touch Down Singapore

Sabtu pagi buta, saya naik taxi dari Kebon Jeruk menuju Cengkareng, sekitar 75ribu rupiah saja tanpa bayar tol. Ini fasilitas airport taxi. Kalau mau ke bandara pastikan taxi kamu pakai jasa ini biar gak usah bayar tol hihihihi.

Air Asia berada di terminal 2D. Masuklah saya check-in. Karena perut keroncongan, saya makan dulu pastel kari di dalam bandara. Buat yang mau irit, saya saranin sarapan dulu di rumah masing-masing hehehe.

Saya sempat kenalan dengan dua cewek Indonesia yang mau jalan-jalan ke SQ juga. Mereka juga hijabers, hasrat promosi saya hampir keluar, tapi belum sempat promo, kami harus boarding dan tempat duduk kami jauh terpisah :(

Setelah sekitar 1jam berada di udara, saya pun mendarat di bandara Changi. Yeeey! Sebelumnya ada teman yang bilang kalau masuk SQ itu agak ribet dan ketat, tapi nyatanya nggak sama sekali. Saya turun dari pesawat dengan selamat, dan melewati counter imigrasi dengan lancar tanpa ditanya ini itu. Tentunya setelah mengisi kartu kedatangan dan menunjukkan paspor. Bahkan petugasnya berbahasa Indonesia, nggak nge-feel banget kalau di luar negeri hehehe.

Bandara Changi adalah bandara terbesar yang pernah saya datangi, hehehe. Padahal bandara yang pernah saya datangi baru Adi Sucipto, Soekarno Hatta, Ngurah Rai, dan Sydney. Hihihi. Tapi suer, bandaranya keren abis. Sampai-sampai Zata menobatkan bandara ini sebagai the most favourite place in SQ, hehehe. Bersih banget, sign-nya jelas banget, dan arsitekturnya ciamik (mulai sotoy hahaha).

Saking besarnya, antarterminal, bandara ini nyediain sky train gratis. Bentuknya seperti monorail,rel nya ada di atas antara gedung-gedung terminal. Tidak lupa Zata lagi-lagi berkomentar, dol kita di planet luar angkasa ya? Hahaha, dasar norak dia orang :) Kami pun benar-benar tidak tahu tampak depan dari bandara Changi ini, karena stasiun MRT juga terletak di dalam bandara, jadi kami tidak perlu keluar bandara untuk mencapai stasiun.

Setelah celingak celinguk, saya bertemu dengan Yuyun dan Zata. Sayang Yuyun harus segera masuk untuk boarding kembali ke tanah air, katanya ada tes kerja di sebuah bank ternama di Jogja hehe. Jadilah kami hanya foto-foto sebentar. Yuyun segera sprint ke gate, saya dan Zata meluncur ke hostel Amigos tempat kami menginap.

 Yuyun, Saya (Dila) dan Zata

Saya sudah nggak sabar jalan-jalan :)

... bersambung ke sini.

Dila with <3

ps: baca juga cerita Zata di sini.